24.8.09

Jelajah Krakatau

Canti, Lampung selatan, sabtu pagi yang mendung.  Setelah perjalanan panjang menyusuri rute Kampung Rambutan-Merak-Bakauheni, akhirnya kami tiba jua di desa bernama Canti ini.  Pelabuhan kecil itu sunyi.  Titik gerimis turun dari langit kelabu.  Bahkan kamera kami pun cuma menangkap gradasi hitam putih saat itu.

Namun cuaca suram tsb tak menghalangi kami tuk mengangkat sauh dan melarung lautan.  Krakatau sudah memanggil kami.  Memang perahu kami sempat terombang-ambing oleh gelombang, namun saya yakin selama nahkoda dan awak kapal bersikap santai, artinya tak ada yang perlu dikuatirkan.  Kiat saya tuk menolak mual adalah dengan memandang lepas ke kejauhan.

Larik-larik cahaya mentari mulai muncul ketika perahu memasuki perairan Sebuku.  Tak pernah kami begitu mensyukuri nikmat hangatnya sinar sang surya seperti saat itu.  Gelombang mulai reda, dan mendung pelahan berlalu.  Alhamdulillah!  Hadirnya mentari menampilkan kembali warna-warni biru kehijauan lautan.

Kami singgah sejenak di pulau Sebuku Kecil.  Tanpa ragu semua segera terjun ke air, dan berenang menepi ke pantai berpasir putih nan indah.  Hilang sudah semua penat dan mual.

Puas menikmati Sebuku Kecil, pelayaran pun berlanjut menuju pulau Sebesi.  Disinilah penginapan kami berada.  Ialah dua buah rumah yang masing-masing berupa ruangan lapang dan diisi oleh jejeran kasur yang diletakkan berhadapan, tak ubahnya barak asrama.  Tapi kami menyukainya.

Usai rehat sejenak, penjelajahan kembali dimulai.  Sebagian kami mulai menyusuri jalan desa yang berdebu, memasuki perkampungan di pulau Sebesi, menengok pabrik minyak kelapa, hingga muncul kembali di tepi pantai.

Sore hari kami berkunjung ke pulau terdekat, yaitu Umang-Umang.  Keindahan dan kesunyiannya laksana pulau pribadi.  Pasir putih, pasir kerang, lautan jernih, terumbu karang, hingga bebatuan yang tegak menjulang sungguh memanjakan hasrat 'back to nature' kami, tak lupa naluri 'narsisme' pun tersalurkan.
Total sudah ada 206 foto di kamera saya hari itu, belum ditambah foto dari 15 kamera lainnya :)

Malamnya kami sudah masuk kamar pukul 20:30.  Ya, kami, anak-anak hedonis metropolis, sudah rebah di kasur masing-masing tepat pukul setengah sembilan di malam minggu di pulau eksotis ini.
Jangan bilang t-e-r-l-a-l-u.  Kondisi tubuh yang kecapekan akibat perjalanan panjang malam sebelumnya ditambah aktivitas seharian tadi, membuat kami satu persatu terlelap tanpa banyak kata lagi.

Esoknya, pagi-pagi sekali kami sudah kembali berlayar, tujuan kali ini adalah Krakatau.  Sungguh menakjubkan betapa saya akhirnya jadi juga mengunjungi situs vulkanis legendaris tsb.

Jadi pada jaman prasejarah tersebutlah sebuah gunung yang dinamai Krakatau
Besar di pulau Rakata, yang pernah meletus dahsyat dan meruntuhkan 2/3 dari gunung tsb.  Aktivitas vulkanis kemudian memunculkan dua buah pulau, Danan dan Perbuatan.

Pada 27 Agustus 1883, terjadi lagi ledakan dahsyat Krakatau.  Letusan ini melegenda karena bunyi ledakannya terdengar hingga Australia dan debunya menjelajah dunia.  Ia pun masuk dalam kategori super-volcano skala 7.
(Pssst, mau tahu skala 8? Rekor ledakan super-volcano terdahsyat selama 25 juta tahun terakhir tetap dipegang oleh Indonesia, tepatnya letusan gunung Toba purba, yang kawahnya masih tersisa berupa danau Toba yang sekarang.  Efeknya saat itu mempercepat jaman es dan efektif mengurangi populasi manusia prasejarah hingga tinggal 10 ribu jiwa saja).

Anyway, letusan terakhir Krakatau pada 1883 ini menyisakan sedikit saja pulau Rakata, sedangkan pulau Danan dan Perbuatan musnah.  Periode 1920an, aktivitas vulkanis memunculkan sebuah pulau baru, Anak Krakatau.

Dan kini, perahu kami melaju mendekatinya.  Puncak Anak Krakatau tampak tenang dan syahdu.  Tapi siapa sangka begitu satu persatu kami mendarat di pesisirnya, ia mulai meletup-letup lagi.  Waaaaah, semua terpesona melihatnya.

Sayang aktivitas letupan yang terlalu aktif tak memungkinkan kami tuk mendaki hingga ke puncaknya.  Kami harus cukup puas mendaki hingga dindingnya saja.  Tiap kali ada letupan semua orang bersorak sorai, dan sibuk berfoto-foto.  Kapan lagi ada letupan gunung berapi dan kami malah bersukaria di bawahnya.  Sungguh pengalaman unik yang tiada tara.
    
Dari Anak Krakatau ini kami pun sempat memandang pulau Rakata dimana gunung Krakatau yang asli berada.  Ia menjulang tinggi angkuh, setengah bagiannya hanya berupa jurang terjal yang menjorok ke laut.  Diamnya sungguh bagai misteri di mata saya.

Kegiatan kami berikutnya adalah snorkelling di legun Cabe (pardon, is it Chilli lagoon in English?).  Lokasi tepat berada di pesisir pulau Rakata.  Pemandangannya sungguh indah, baik di dalam ataupun di permukaan laut.

Puas menikmati legun Cabe, kami pun berpindah ke pulau Panjang.  Ragam aktivitas dilakukan di sini.  Ada yang mendaki tebing terjal menuju goa Jepang, ada yang snorkelling, ada yang foto-foto, ada yang menyusuri pantai sambil curhat, ada pula yang berenang-renang sambil ngomongin yang lagi curhat sepanjang pantai, hehehe.

Oya, saya pun sempat mengikuti survival tips di pulau, yaitu mengais-ngais pasir mencari kerang/remis untuk dimakan.  Awalnya sulit, tapi lama-kelamaan kau akan terbiasa, jari-jarimu yang akan mencari sendiri dimana kerang/remis berada.  Lumayan, hampir satu tupperware penuh kami dapatkan dari hasil mengais-ngais pasir tadi. 

Jelang sore kami pun tiba kembali di pulau Sebesi.  Sebagian melanjutkan bermain air di pantainya, bahkan ber-snorkelling di sisi dermaga.  Sayang waktu tak mengijinkan kami tuk kembali menyeberang ke pulau Umang-Umang.  Gelap tlah datang, tiba saatnya tuk kembali ke penginapan.

Total foto yang saya ambil hari ini berjumlah 226 saja, belum ditambah foto dari 15 kamera lainnya :)

Esoknya, hari terakhir liburan kami, di pagi 17 Agustus 2009.  Kami serentak mengadakan upacara bendera di tepi pantai.  Awalnya gerimis cukup lebat, cuaca kembali abu-abu, namun tak menyurutkan semangat kami tuk memperingati hari kemerdekaan RI.  Upacara bendera berjalan khidmat, dan menghibur.  Dari kami, untuk kami, demi negara tercinta.

Gugusan Krakatau kami jelajahi sudah.  Pesonanya takkan lekang, dan kenangannya takkan hilang.  Indonesia, I love you full!





credits
Terima kasih tak terhingga tuk semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya liburan ini, langsung ataupun tak langsung...

Oya, foto yang saya ambil di hari terakhir cuma 232 saja, belum ditambah foto dari 15 kamera lainnya :) 

19.8.09

Merah Putih | Sebesi

17 Agustus 2009 ini kami lewatkan di pulau Sebesi, Lampung.  Pagi itu hujan gerimis, namun tak menyurutkan tekad bulat kami tuk melaksanakan upacara bendera memperingati hari kemerdekaan RI di sana.

Semua peserta trip Krakatau kali ini turun menjadi pelaksana sekaligus peserta.  Gladi resik dilaksanakan malam sebelumnya.  Riuh rendah kami menentukan urutan acara bendera yang sesuai tata laksana.  Sinyal selular yang minim pun tak membuat kami jera tuk mencari info yang tepat guna dari dunia maya.  Semua berhasrat sama besar tuk menyukseskan upacara bendera ini.

Akhirnya, ketika pagi itu bendera merah putih berukuran 4x2 m berkibar dilatarbelakangi gunung Sebesi dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, tak berlebihan jika kami semua larut dalam semangat kebangsaan yang tinggi.  Pengalaman menjelajah Krakatau dan sekitarnya sungguh membuat cinta kami bertambah pada Indonesia.

Merdeka bagi kami adalah kebebasan tuk menyintai Indonesia Raya sepenuh hati.
Merdeka!



5.8.09

C h e r i b o n

Dahulu (o well, setidaknya sampai minggu lalu) jika saya ditanya apa yang terlintas dalam benak tentang Cirebon, maka jawabannya pasti seperti ini: panas/kota udang/Dewi Yull ;p

Akhir pekan kemarin saya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang dahulu dalam bahasa Inggris bernama Cheribon itu, dan kesan yang saya dapatkan sungguh di luar pandangan sempit saya tadi.


Cirebon sungguhlah dapat memesona saya dan teman-teman.  Campuran budaya Sunda, Jawa, Melayu, Cina, India, Arab, hingga Eropa membaur cantik di sini, baik dalam hal sejarah, arsitektur, fashion, hingga ragam kulinernya.

Jangan tanya bahasanya.  Jangan.  Karena saya memang tak mengerti.  Walau Cirebon masih termasuk dalam propinsi Jawa Barat, namun bahasanya bisa dibilang campuran Sunda-Jawa. 
Mendengar orang Cirebon berbicara dengan sesamanya sungguh membuat kami bagai orang British ningrat yang baru kali pertama mendengarkan orang berlogat Singlish.
No, no, ini bukan pandangan rendah.  Ini cuma ungkapan betapa Cirebon kaya akan budaya
hingga bahasanya pun berbeda sendiri.

Cirebon memang panas, baik dalam arti sebenarnya ataupun sekedar kiasan.  Namun keindahan pesonanya memang cantik tah!
Beberapa situs menarik yang kami kunjungi selama disana antara lain:

[1] stasiun kereta api Cirebon
Peninggalan bangunan jaman Belanda yang masih berfungsi dan terawat baik.


[2] situs Sunyaragi
Alias water palace, tempat dimana dahulu keluarga kesultanan menyepi/beristirahat.  Sangat mengagumkan betapa mereka dulu sudah menguasai teknik membuat air terjun dan sirkulasi pendingin udara dengan air.  Di sini terdapat pula makam Cina kuno yang konon adalah peristirahatan terakhir laksamana Cheng Ho yang legendaris itu.  Oya terdapat pula dua buah pintu gaib yang dahulu kabarnya menghubungkan istana air ini dengan negeri Cina dan tanah suci Mekkah. 


[3] obyek wisata Cibulan
Terdiri atas kolam renang berair jernih dan dingin, yang didiami oleh ratusan ikan Dewa, yang besarnya nyaris sebesar bayi manusia.  Penduduk sekitar banyak yang berwisata dan mandi-mandi di kolam ini, meski kami tak tertarik untuk mencobanya.  Di samping kolam terdapat pula telaga alam dan tujuh mata air alami yang kerap dijadikan tempat sembahyang.


[4] keraton Kanoman
Kebanyakan menampilkan peninggalan Sunan Gunung Jati.  Bangunan luarnya berkapur putih (dulu berwarna merah jingga).  Hal yang menarik adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding di semua keraton di Cirebon.


[5] keraton Kasepuhan
Didominasi warna merah bata untuk bagian luar, dan putih untuk bagian dalam.  Ada banyak spot bagus untuk pemotretan disini, meski banyaknya wisatawan kerap mengganggu kekhusyukan memotret ;p


[6] kota tua Cirebon
Termasuk di dalamnya adalah gedung Bank Indonesia, dan PT BAT Indonesia, semuanya merupakan peninggalan bangunan jaman Belanda yang masih terawat baik.


Sebenarnya masih banyak lokasi lain yang patut dikunjungi, namun apa daya waktu berbatas.  
Kami pun meninggalkan Cirebon dengan khazanah baru akan ragam budaya Indonesia tercinta, ditambah perut yang membuncit, bagasi over kuota dengan terasi & kerupuk udang, dan sekontainer batik Trusmi khas Cirebon yang melegenda ;p

Jujur, Dewi Yull sama sekali tak ada lagi dalam benak ;p



all pictures in this album are copyrighted by duaBadai 2009.  allrights reserved.