Akhir pekan beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengunjungi Rumah Singgah Anak Nelayan SUMBANGSIH di daerah Kamal Muara, Jakarta Utara.
Jangan tanya saya letak persisnya, tapi yang jelas daerah Kamal Muara ini letaknya tepat di pesisir utara Jakarta. Perjalanan kesana cuma memakan waktu sekitar 30 menit dari pintu tol Kamal. Meski dibelah oleh jalan tol dari/menuju bandara Soekarno-Hatta, dan tak jauh dari perumahan mewah Pantai Indah Kapuk, kondisi di sini sungguhlah jauh dari gemerlap ibukota.
Seperti daerah pesisir umumnya, banyak pedagang yang menjajakan hasil laut di tepi jalan. Sungai yang tak terlalu besar tampak dipenuhi oleh perahu-perahu nelayan. Ragam wajah penduduk dari berbagai daerah perantauan tampak berbaur disini.
Kami memarkir kendaraan tak jauh dari dermaga. Bau amis menyengat langsung menyergap hidung begitu turun dari mobil. Kepiting kecil dan rajungan banyak bertebaran di jalan, meskipun dalam keadaan mati. Kresss! Kresss! Demikian bunyinya ketika cangkang mereka terinjak oleh kami.
Karena kondisi gang yang dituju nyaris sama satu sama lain, kami sempat salah arah. Namun saya tak ada keluhan karena ada banyak moment unik terekam kamera. Banyak hal yang menarik perhatian saya, seperti rumah-rumah berbentuk panggung, tanah basah kehitaman, hingga tersedianya tempat sampah di setiap sudut (meskipun, somehow, tetap saja ada sampah yang berserakan).
Kedatangan kami di lokasi langsung disambut oleh tarian masal anak-anak nelayan. Tarian diawali oleh parade anak lelaki, disusul oleh anak perempuan. Musik yang mengiringi terdengar etnis, dan koreografi tariannya sungguh dinamis. Saya suka!
Usai tarian, kami pun berkumpul di padepokan Rumah Singgah. Berbentuk rumah panggung seperti yang lain, disinilah tempat para anak nelayan sekitar menghabiskan waktunya tuk bermain sambil belajar. Dan disini pula kami sekedar turut berbagi keceriaan bersama mereka.
Relativitas waktu terasa di tempat ini. Rasanya baru saja kami tiba di sini dan memulai permainan bersama ketika ternyata sudah tiba waktunya pulang. Indikasinya cukup jelas: air laut pasang.
Ya, terjawab sudah mengapa rumah-rumah di daerah ini berbentuk panggung. Setiap sore air laut pelahan menggenang dan membanjiri daerah ini, sehingga suasana malam hari sungguh bagai perkampungan di atas lautan. Tinggi air mulai dari tumit hinga betis, tergantung musim yang berlaku, dan mulai surut lepas tengah malam.
Siklus pasang surut harian yang sudah suratan alam ini tak menggoyahkan penduduk di Kamal Muara tuk tetap bertahan hidup. Setidaknya, tercermin dari keceriaan dan wajah sumringah anak-anak nelayan ini ketika melepas kepergian kami meninggalkan tempat tsb.
Rumah Singgah Anak Nelayan
SUMBANGSIH
Kamal Muara - JAKUT
Jl. Kamal Muara Pantai Rt 007/04 No. 09
Kp. Nelayan Kel. Kamal Muara
Penjaringan - Jakarta Utara 14470
021 710 19802
Special credit: C-Choir, pengelola Rumah Singgah, dan anak-anak Kamal Muara nan ceria