30.11.09

Aku & Cow

ALKISAH berkunjunglah kami ke sebuah peternakan sapi perah di kaki gunung. Terletaklah ia di sebuah lembah di ceruk bukit, dimana rerumputan masih kuasa tumbuh tinggi dan air sungai masih menggeleguk deras. Ialah tempat dimana saya akhirnya putus kontak dengan peradaban (indikasinya ialah sinyal ponsel yang hilang total ;p).

Namun saya senang-senang saja berada di sana, karena kebetulan saya adalah penyuka sapi (baik dalam bentuk utuh, replika, ataupun hidangan!).
Senangnya bagaikan haus bertemu air, bagai pegal bertemu pijat, bagai alay bertemu kangen band, bagai monyet bertemu pisang, bisa bikin loncat-loncat.

Lesson of life:

..bahwa pedet itu nama lain dari anak sapi

..bahwa sapi perah betina itu bertanduk

..bahwa sapi perah betina itu pipis berdiri (eh semua hewan juga kali ya, tapi yang jelas baru kali pertama itulah kami melihat cewek pipis berdiri tepat di hadapan kami!)


Trims buat Nto, Dhit, Moel yang udah nemenin maen ke kandang sapi! Next time ikutan merah susu ahhhh ;p

11.11.09

A Day With Reza & Schatzi

Hari itu cerah, saya gerah, dan kedua kawan saya muncul memerah.  Semangat kami membuncah.  Misi kali ini ialah menjelajah pelosok kaki gunung Salak, demi keperluan survei sebuah proyek sosial.  Senangnya dapat keluar dari rutinitas harian dan kembali menikmati ijo royo-royo alam bebas.

Bagai James Nachtwey tengah meliput daerah konflik, saya pun menyiagakan kamera dalam perjalanan, siap memotret apapun yang tampak layak diabadikan.  Selain pemandangan yang indah (ada tebing, sawah, sungai, lembah, gunung, dll), juga saya jumpai banyak penduduk setempat yang ramah, murah senyum, dan penuh rasa ingin tahu meski sedikit pemalu.

















Di ujung desa terakhir, barulah kami menjumpai
tak seorangpun melainkan jalan tanah yang penuh ditumbuhi ilalang.  Tapi jangan kaget jika di ujung peradaban ini masih kau temui banyak pintu gerbang besi dimana villa-villa megah tersembunyi.

Jika tak ingat tugas, dan tak ingat waktu, ingin rasanya kami menyusuri jalan tanah ini hingga ujung akhir.  Suasana alam liar yang indah ini rasanya sayang tuk dilewatkan.  Ah, tugas yang cukup melelahkan namun menyenangkan.  Terlebih bagi saya yang dapat leluasa menghirup udara segar pegunungan.

Selain itu saya juga berkesempatan mengenal lebih dekat Reza dan Schatzi, yang menjadi porter kami saat itu.
Reza, yang memanggul beban 70 kg, tampak masih canggung dan malu-malu.  Beda halnya dengan Schatzi, yang gagah perkasa karena meskipun bebannya jauh lebih berat, namun tampak sigap dan mumpuni.
Well, ada kalanya pada saat tanjakan curam, Schatzi yang tampak kepayahan.  Namun saya kerap menyemangatinya sambil berseru: "Satu enam lima!  Satu enam lima!  Satu enam lima!"  Hasilnya bisa ditebak, dengan atau tanpa teriakan saya, Schatzi tetap harus didorong naik.  Wkkkk!



















Hari sudah merambat petang ketika kami kembali turun gunung.  Hujan mulai turun
saat kami kembali menjumpai kemacetan jalan raya.  Namun penat dan lelah sudah tak kuasa mengalahkan hangat hati kami karena telah sejenak bercumbu dengan alam.  Walau sekejap sahaja.





note #1
Jikalau bermotor jarak jauh (walaupun cuma dibonceng) mestilah sedia jaket & helm, otherwise kaos putih cemerlangmu kan berwarna putih tua, serta muka bakal coreng moreng dan mata kelilipan melulu kena debu & asap knalpot (terutama jika kau melintasi jalan raya Bogor-Sukabumi yang sepadat jalur Pantura namun sesempit pematang sawah).


note #2
Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa saya berseru "Satu enam lima!" berkali-kali pada saat Schatzi tak kuat menanjak.  Pertama, karena itu adalah total beban yang harus dipikul oleh Schatzi (yes baby, it's 165 kg! can you imagine it?).  Kedua, karena saya tak mau memikirkan seruan lain yang lebih baik.  Nyiahaha!


note #3
Teknik memerah susu sapi: pakailah pelicin agar puting sapi tak lecet, lalu tariklah puting tsb hingga susunya keluar habis hanya dalam satu sentakan.  Harus habis, kalau tidak si sapi akan kesakitan, dan menamparmu dengan buntutnya.  Mungkin sakitnya seperti pipis yang tak tuntas.
*obrolan OOT pada saat survei, namun bagi saya cukup penting tuk dibagi di sini *